BAB I
PENDAHULUAN
Dalam perjalanannya
problem yang dihadapi oleh manusia makin kompleks, sehingga membutuhkan jawaban
yang kompleks pula, jawaban yang diberikan terhadap suatu problem tidak selalu
dapat tuntas, bahkan kadang-kadang hanya sebagian kecil saja dari
problem-problem yang ada terjawab dengan baik. Hal tersebut dikarenakan latar
belakang yang berbeda-beda, baik dilihat dari aspek manusianya maupun dari
aspek masalahnya, maka hal tersebut berpenganruh terhadap jawaban-jawaban yang
diberikan.
Oleh karena jawaban dari
suatu masalah dilihat dari berbagai sudut pandang sehingga mengakibatkan
jawaban yang berbeda pula, maka timbullah bermacam-macam aliran dalam filsafat.
Manusia memegang peranan
penting dalam munculnya aliran-aliran dalam filsafat ini, karena pada
hakikatnya manusia mempunyai unsur kejiwaan, yaitu cipta, rasa, dan karsa, maka
setiap individu dapat menghasilkan filsafatnya masing-masing. Namun pada sisi
yang lain kenyataannya menunjukkan bahwa hanya orang-orang tertentu saja yang
dapat mengemukakan pendapat serta ajaran yang bernilai filsafati.
Hambatan-hambatan yang
ditimbulkan oleh kata dan susunan kalimat dalam suatu bahasa seringkali memaksa
seorang filusuf untuk menyusun kalimat atau merangkai kata baru, hal ini
dilakukan semata mata untuk bisa membuat representasi yang mendekati dengan apa
yang terkandung dalam pikirannya.
Oleh karena filsafat
merupakan hasil perenungan jiwa manusia yang terdalam, maka corak (sifat,khas)
dalam tiap-tiap aliran tidak terlepas dari unsur-unsur yang menyusun manusia
itu sendiri.
Maka dari itu dalam
pembahasan kali ini kami akan membahas tentang Aliran-aliran dalam Filsafat pada pembahasan kali ini.
BAB II
PEMBAHASAN
Dalam catatan sejarah
yang ada terdapat bermacam-macam pandangan mnusia tentang Tuhan, kali ini kami
akan membahas tentang aliran-aliran:
- Deisme
- Theisme
- Pantheisme
- Panentheisme
- Atheisme
- Agnostisisme
A. DEISME
Kata deisme berasal dari
bahasa latin deus yang berarti Tuhan. Dari akar kata ini kemudian berubah
menjadi dewa, menurut paham deisme Tuhan berada jauh di luar alam. Tuhan
menciptakan alam dan sesudah alam diciptakan, Ia tidak memperhatikan dan
memelihara alam lagi. Menurut aliran ini alam berjalan sesuai dengan
peraturan-peraturan yang telah diciptakan ketika proses penciptaan,
peraturan-peraturan tersebut tidak dapat berubah-ubah dan sangat sempurna.
Aliran deisme
mengibaratkan tuhan seperti tukang jam yang sangat ahli, sehingga setelah jam
itu selesai tidak membutuhkan si pembuatnya lagi, jam itu berjalan sesuai
dengan mekanisme yang telah tersusun dengan rapi.
Alam dalam paham deisme
diibaratkan bagaikan jam. Setelah diciptakan, alam tidak butuh lagi kepada
Tuhan dan berjalam menurut apa yang telah ditetapkan oleh Tuhan ketika pertama
kali menciptakan alam.
Karena hal tersebut maka
aliran ini tidak mempercayai akan mukjizat dan kejadian-kejadian yang
bertentangan dengan hukum alam, dan juga dalam deisme wahyu dan doa tidak
dibutuhkan lagi. Hal ini dikarenakan mereka beranggapan bahwa Tuhan telah
memberi akal kepada manusia, sehingga dengan akal manusia dapat mengetahui mana
yang baik dan mana yang buruk, mana yang benar dan mana yang salah. jadi,
menurut deisme manusia dengan akalnya mampu mengurus kehidupan dunia.
B.
THEISME
Dalam aliran teisme
mereka berpendapat bahwa alam diciptakan oleh Tuhan yang tidak terbatas, antara
Tuhan dan makhluk sangat berbeda. Menurut teisme, Tuhan di samping berada di
alam (imanen), tetapi Dia juga jauh dari alam (transenden). Ciri lain dari
aliran teisme adalah mereka menegaskan bahwa Tuhan setelah menciptakan alam,
tetap aktif dan memelihara alam. Karena itu, dalam teisme mukjizat yang
menyalahi hukum alam diyakini kebenarannya, begitu juga doa seseorang akan
didengar dan dikabulkan. Agama-agama besar yang ada saat ini pada dasarnya
menganut paham teisme, seperti Yahudi, Kristen, dan Islam.
Teisme juga dapat
dibedakan dalam hal kepercayaan tentang Tuhan dan hubungan-Nya dengan alam.
Sebagian besar dari penganut aliran teisme percaya bahwa materi alam adalah
nyata, sedangkan yang lain mengatakan tidak nyata, itu hanya eksis dalam
pikiran dan idea. Namun kebanyakan dari mereka yakin bahwa Tuhan tidak berubah,
namun sebagian dari mereka ada yang terpengaruh oleh panteisme, sehingga
mengatakan bahwa Tuhan berubah dalam beberapa hal.
Terdapat perbedaan yang
cukup menonjol dalam teisme adalah antara agama Yahudi dan Islam di satu pihak
dangan Kristen Ortodoks di pihak lain. Dalam keyakinan pihak pertama bahwasanya
Tuhan adalah zat yang Esa, sedangkan pihak yang lain mereka meyakini bahwa
Tuhan adalah tiga pribadi (trinitas).
Dalam Islam kejelasan
tentang Tuhan adalah Esa, sekaligus transenden dan imanen dijelaskan dalam ayat
Al-Qur’an, yaitusurat:
- Al-Ikhlas
ayat 1
- Al-A’raf
ayat 54
- Qaf
ayat 16
Ayat-ayat
diatas menegaskan bahwa dalam Islam Tuhan adalah transenden dan sekaligus
imanen. Lebih lanjut tokoh Islam Al-Gazali mengatakan, menurutnya, Allah
adalah zat yang Esa dan pencipta alam serta berperan aktif dalam mengendalikan
alam. Menurut Al-Gazali mukjizat adalah suatu peristiwa yang wajar karena Tuhan
bisa mengubah hukum alam yang dianggap tidak bisa berubah. Menurut Al-Gazali,
karena tuhan maha kuasa dan berkehendak mutlak, maka tuhan mampu mengubah
segala ciptaan-Nya sesuai dengan kehendak mutlak-Nya.
Sementara itu menurut
tokoh Kristen St. Agustinus, menurutnya Tuhan ada dengan sendirinya
(self-sxisting), tidak diciptakan, tidak berubah, abadi, bersifat personal, dan
maha sempurna. Menurutnya Tuhan adalah kekuatan personal, yang terdiri dari
tiga person, yaitu Bapak, Anak, dan Roh Kudus. Menurutnya, Tuhan menciptakan
alam, jauh dari alam, di luar dimensi waktu, tetapi Dia mengendalikan setiap
kejadian dalam alam. Menurut Agustinus, mukjizat benar-benar ada karena Tuhan
selalu mengatur ciptaan-Nya.
Sedangkan menurut
filosof Yunani yang berpaham teisme yang bernama Ibn Maimun atau
Maimonides. Menurutnya, Tuhan meliputi semua posisi yang penting, tidak
berjasad dan tidak berpotensin dan tidak menyerupai makhluk. Singkatnya menurut
dia ketika seseorang berbicara tentang Tuhan dia hanya bisa menggunakan
sifat-sifat yang negatif. Dalam hal tersebut menurutnya Tuhan sama sekali jauh
dari pengetahuan dan pemahaman manusia. Oleh karena itu menurutnya Tuhan adalah
trensenden. Sedangkan bukti bahwa Tuhan memperhatikan nasip makhluknya, karena
Dia memberikan nikmat kepada makhluknya bertingkat-tingkat. Semakin penting
sesuatu itu untuk kebutuhan hidup, semakin mudah dan murah diperoleh.
Sebaliknya, semakin tidak dibutuhkan, maka hal itu semakin jarang dan mahal.
Dari ketiga filosof
tersebut terdapat benang merah yang menghubungkan pemikiran mereka. bahwasanya,
mereka berpendapat bahwa Tuhan secara zat adalah transenden dan jauh dari
pengetahuan manusia. Namun, ditinjau dari segi perbuatan-Nya, Tuhan berada
dalam alam dan bahkan memperhatikan nasip makhluknya.
Kontribusi positif yang terdapat dalam teisme, antara lain:
1.
Sebagian pemikir mengakui adanya suatu
realitas tertinggi yang perlu dianut.
2.
Dalam kehidupan yang selalu burubah,
teisme menawarkan suatu landasan yang kokoh, teisme menegakkan standar moral
yang universal untuk semua manusia, bahkan untuk semua ras.
3.
Sebagian besar aliran pandangan
menempatkan manusia dalam posisi tertinggi. Teisme meletakkan suatu dasar yang
kokoh dalam menghargai manusia, dengan prinsip bahwa manusia adalah ciptaan Tuhan
dan sekaligus wakilnya di muka bumi.
4.
Para penganut nihilisme yang menyimpulkan
bahwa hidup adalah sesuatu yang tidak bernilai, dalam hal ini teisme menawarkan
suatu tujuan tertinggi bagi kehidupan. Teisme menawarkan kehidupan yang abadi
setelah mati.
C.
PANTHEISME
Panteisme terdiri atas
tiga kata, yaitu pan berarti seluruh, theo berarti Tuhan, dan ism (isme),
berarti paham. Jadi, pantheism atau panteisme adalah paham bahwa seluruhnya
Tuhan. Mereka berpendapat bahwa seluruh alam ini adalah Tuhan dan tuhan adalah
seluruh alam. Sedangkan benda-benda yang dapat ditangkap oleh panca indra
adalah bagian dari Tuhan. Tuhan, dalam pandangan panteisme sangat dekat dengan
alam (imanen). Hal ini bertolak belakang dengan deisme.
Karena seluruh kosmo ini
satu, maka Tuhan dalam panteisme juga satu, hanya tuhan mempunyai
penampakan-penampakan atau cara berada Tuhan di alam. Tuhan dalam panteisme
disamping Esa juga maha besar, dan tidak berubah. Alam indrawi adalah ilusi
atau khayalan belaka karena selalu berubah. Adapun, yang wujud hakiki hanya
satu, yakni Tuhan.
Dalam Islam paham ini
dikenal dengan nama wahdat al-wujud (kesatuan wujud) yang dikemukakan oleh Ibn
al-‘Arabi. Namun antara paham wahdat al-wujud dan panteisme disamping memiliki
persamaan keduanya juga memiliki perbedaan. Dalam panteisme alam adalah Tuhan
dan Tuhan adalah alam, sedangkan dalam wahdat al-wujud alam bukan Tuhan, tetapi
bagian dari Tuhan. Karena itu dalam aliran wahdat al-wujud alam dan Tuhan tidak
identik, sedangkan dalam panteisme identik.
Seorang tokoh panteisme
abad ke-3 yang bernama Plotinus mengatakan, alam mengalir dari tuhan dan
berasal dari-Nya. Tuhan tidak terbagi-bagi dan tidak mengandung arti banyak.
Sedangkan filosof modern yang mempelopori panteisme adalah Benedict de Spinoza.
Baginya jagat raya tidak ada yang rahasia karena akal manusia mencakup segala
sesuatu, termasuk Allah, bahkan Allah menjadi objek pemikiran akal yang
terpenting.
Ferkiss seorang tokoh
panteisme modern dalam gagasannya telah memberikan nuansa baru terhadap
panteisme, sehingga dapat dijuluki sebagai pelopor neopanteisme. Gagasan
barunya itu terletak pada penerapan konsep panteisme dalam menghadapi ancaman
kerusakan alam, menurutnya manusia yang merusak alam sama dengan merusak Tuhan,
karena alam identik dengan Tuhan.
Mary Long seorang
filosof modern menambahkan bahwa agama-agama timur bisa memberikan sumbangan
pikiran tentang kelestarian alam, yaitu dengan menyatukan antara ilmu dan
agama. Seperti perkataan dia, “panteisme dan penemuan ilmiah bisa sejalan
secara harmonis dengan agama”.
Mukjizat bagi panteisme
mustahil terjadi karena semua adalah Tuhan dan Tuhan adalah semua. Kalau
mukjizat diartikan sebagai peristiwa yang menyalahi hukum alam, maka hal itu
tidak berlaku bagi panteisme sebab Tuhan identik dengan alam.
Kelebihan panteisme, antara lain:
1.
Panteisme diakui menymbangkan sesuatu
pemikiran yang holistik tentang sesuatu.
2.
Panteisme menekankan tentang imanensi
tuhan, sehingga seseorang selalu sadar bahwa Tuhan selalu dekat dengan dirinya.
3.
Panteisme mengungkapkan bahwa seseorang
tidak mampu memberi batasan terhadap tuhan dengan bahasa manusia yang terbatas.
Kekurangan panteisme, antara lain:
1.
Menurut panteisme radikal, manusia adalah
Tuhan, sedangkan Tuhan dalam pandangan ini tidak berubah dan abadi.
Kenyataannya manusia berubah dan tidak abadi.
2.
Panteisme mengatakan bahwa alam ini adalah
maya bukan yang hakiki.
3.
Jika Tuhan adalah alam dan alam adalah
Tuhan, mak tidak ada konsep kejahatan atau tidak ada kemutlakan kejahatan dan
kebaikan
Kritik terhadap
panteisme ini berasal dari para tokoh agama, kritikan tersebut dikarenakan
panteisme tidak memperhatikan moral dan mukjizat. Sedangkan dalam agama Islam,
Kristen, dan Yahudi kedudukan moral sangat penting sebab moral itulah yang
menentukan nasib manusia di akhirat nanti. Tanpa ada kejelasan antara baik dan
buruk, maka akhirat tidak ada artinya. Dan kalau akhirat tidak berarti tentu
tujuan hidup orang-orang beragama sama dengan kaum materialistis.
D. PANENTHEISME
Dari segi nama
panenteisme terlihat mirip dengan panteisme, namun pada kenyataannya keduanya
berbeda dalam pandangan tentang Tuhan. Panteisme berarti semua adalah Tuhan,
tetapi dalam panenteisme berarti semua dalam Tuhan.
Dalam kelompok
panenteisme mereka lebih menekankan Tuhan pada aspek terbatas, berubah,
mengatur alam, dan bekerja sama dengan alam untuk mencapai kesempurnaan
ketimbang memandang Tuhan sebagai zat yang tidak terbatas, menguasai alam, dan
tidak berubah. Namun pada dasarnya, panenteisme setuju bahwa Tuhan terdiri atas
dua kutub. Kutub potensi adalah Tuhan yang abadi, tidak berubah, dan
transenden, sedangkan kutub aktual adalah Tuhan yang berubah, tidak abadi, dan
imanen.
Menurut Whitehead salah
seorang pelopor panenteisme, ia mengklasifikasikan Tuhan dalam tiga konsep,
yaitu:
1.
Konsep Asia Timur tentang tatanan yang impersonal
yang sejalan dengan alam.
2.
Konsep semit tentang suatu zat yang
personal yang eksistensinya adalah realitas metafisik yang tertinggi, absolut,
dan mengatur alam.
3.
Konsep panteistik yang sudah tergambar
dlam konsep semit. Namun berbeda dalam memandang alam.
Beberapa sumbangan pemikiran panenteisme
yang bisa diambil, antara lain:
1.
Parapenganut panenteisme dianggap berjasa
dalam memahami realitas secara utuh.
2.
Panenteisme berhasilkan menjelaskan
hubungan Tuhan dan alam secara mendalam tanpa menghancurkan salah satunya.
3.
Panenteisme mengakui teori-teori baru
dalam ilmu teknologi karena hal tersebut tidak bertentangan dengan prinsip
dasar mereka.
Kritikan yang di tujukan kepada
panenteisme, antara lain:
1.
Ide tentang satu Tuhan yang sekaligus
terbatas dan tidak terbatas, mungkin dan tidak mungkin, absolut dan relatif
adalah suatu kerancuan tersendiri.
2.
Ide tentang Tuhan sebagai wujud yang
disebabkan oleh diri sendiri menimbulkan problem.
3.
Sulit dimengerti bagaimana segala sesuatu
yang relatif dan selalu berubah, bisa diketahui kebenarannya.
E. ATHEISME
Kata ateisme
(atheism) berakar dari dua kata bahasa Yunani, ”a” yang berarti tanpa atau
tidak dan ”theos” yang berarti tuhan. Seorang ateis (atheist), berdasarkan akar
katanya, adalah orang tanpa keimanan pada Tuhan; tidak harus meyakini bahwa
Tuhan tidak ada. Ateisme
sebagai pandangan filosofi adalah posisi yang tidak mempercayai akan keberadaan
tuhan dan dewa (nonteisme) atau menolak teisme sekaligus.
Ateisme juga bukan sebuah pemikiran anti-agama dan
anti-tuhan namun sering kali dikacaukan dengan Antiteisme yang merupakan suatu
pemikiran anti-agama atau anti-tuhan. Ateisme bukanlah agama karena tidak punya
ajaran tertentu, tidak punya kitab suci tertentu, dan tidak juga menyembah
apapun. Membedakan ateisme dari paham lainnya.
Atheisme berbeda dengan agnoistisme. Ateisme tidak mempercayai keberadaan Tuhan,
sedangkan agnostisisme artinya tidak mengetahui apakah Tuhan ada atau tidak. Ateisme juga berbeda dengan komunisme, karena komunisme merupakan sebuah sistem pemikiran yang dapat dikembangkan menjadi ideologi dan
bahkan sistem pemerintahan, sementara ateisme merupakan sistem
ke(tidak)percayaan.
Walaupun
secara mendasar ateisme dan materialisme itu bertentangan, ateisme
karakteristiknya adalah tuhan itu tidak ada dan materialism karakteristiknya
adalah materi itu absolut, tidak mempercayai hal ghaib seperti tuhan, roh, dll,
namun keduanya memiliki kesamaan, yaitu sama-sama tidak mempercayai adanya
tuhan.
F.
AGNOSTISISME
Agnostisisme berasal dari kata Yunani agnostos yang berarti tidak dikenal, sehingga dapat dikatakan bahwa akal
manusia tidak dapat mengenal atau mengetahui ada dan tidaknya Tuhan.
Agnostisisme merupakan paham atau aliran yang berpandangan bahwa mustahil akal
manusia dapat mengetahui eksistensi Tuhan. Ini karena, akal manusia bersifat
terbatas, sehingga tidak akan mampu mengetahui sesuatu di luar jangkauan akal
manusia termasuk di dalamnya adalah realitas ketuhanan.
BAB III
PENUTUP
1.
KESIMPULAN
Dari pembahasan di
atas, dapat disimpulkan bahwa masing-masing aliran memiliki perbedaan. Pertama menurut paham deisme Tuhan
berada jauh di luar alam. Tuhan menciptakan alam dan sesudah alam diciptakan,
Ia tidak memperhatikan dan memelihara alam lagi. Kedua, ciri dari aliran teisme menegaskan bahwa Tuhan setelah
menciptakan alam, tetap aktif dan memelihara alam. Ketiga, aliran pantheisme berpendapat bahwa seluruh alam ini adalah
Tuhan dan tuhan adalah seluruh alam. Keempat,
dari segi nama panenteisme terlihat mirip dengan panteisme, namun pada
kenyataannya keduanya berbeda dalam pandangan tentang Tuhan. Panteisme berarti semua adalah Tuhan, tetapi
dalam panenteisme berarti semua dalam Tuhan. Kelima, atheisme
yaitu tidak mempercayai akan keberadaan tuhan dan dewa. Keenam, agnostisisme merupakan paham atau aliran
yang berpandangan bahwa mustahil akal manusia dapat mengetahui eksistensi
Tuhan.
Sekian pembahasan dari
kelompok kami tentang aliran-aliran ketuhanan dalam filsafat.
DAFTAR PUSTAKA
Amsal Bakhtiar, Filsafat Agama. Jakarta:
Logos Wacana Ilmu, 1999.
Al-Gazali, Tahafut al-Falasifah,
Kairo: Dar al-Ma’arif, 1968.
Encyclopedia of Philosophy
Geddes MacGregor, Introduction to
Religious Philosophy. London: Macmillan & CoLTD, 1960.
http://robbani.wordpress.com/2009/03/10/ateisme/
Norman L. Geisler dan Williams D. Watkins, Perspectives Understanding and Evaluating Today’s World Views, California: Here’s Life Publishers, Inc, 1984.
1 komentar:
Best Casino In Palm Springs, CA - Mapyro
Find the best Casinos in 군산 출장마사지 Palm Springs in 진주 출장샵 Palm Springs 전라북도 출장마사지 and see what it's like to play at 안양 출장안마 top casinos 광양 출장샵 in Palm Springs.
Post a Comment